Ada banyak olahan lezat menggunakan stroberi yang berwarna merah terang sehingga cantik untuk platter, populer karena perpaduan rasa manis dan asam, serta tekstur berair yang menyegarkan. Selai, sirup, kue adalah sajian hari-hari.
Namun, tahukah farm and food lovers bahwa bagian stroberi yang kita makan sebenarnya adalah jaringan dasar bunga yang membengkak, sedangkan buah sejatinya adalah bintik-bintik kecil (biji) di permukaan kulitnya yang disebut achene?
Itu karena stroberi adalah buah semu dalam klasifikasi botani.
Sebelum kita lebih banyak membuat dessert dan kue menggunakan stroberi, kita kenali dahulu lebih jauh tetang stroberi atau fragaria x ananassa, agar kita dapat menanamnya sendiri dan lebih kreatif mengolahnya untuk daerah tropis. Juga sambil mengenali upaya petani dan produsen petani lokal.
Dalam ilmu pertanian, meskipun sering disebut buah beri, dalam klasifikasi botani stroberi adalah buah semu (accessory fruit). Artinya, stroberi adalah buah yang terbentuk dari bunga tunggal, tetapi bagian selain bakal buahnya yang dominan. Biji stroberi (achenes) berada di permukaan buah, yang sebenarnya adalah reseptakel yang membesar.
Sudah rahasia umum bahwa stroberi kaya akan vitamin C, mangan, serat, dan antioksidan (polifenol) yang bermanfaat bagi kesehatan jantung dan kontrol gula darah. Beberapa riset global juga menyampaikan bahwa stroberi bermanfaat untuk kulit. Ini kita bahas lain waktu.
Untuk budidaya, stroberi merupakan kasus menarik atas adanya adaptasi tanaman subtropis ke lingkungan tropis, dengan fokus pada penyesuaian iklim, pemilihan varietas, dan teknik budidaya spesifik. Stroberi tumbuh paling baik di daerah beriklim sejuk dengan paparan sinar matahari yang cukup. Farming and food lovers dapat mempelajari panduan penanamannya melalui laman Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropis (Balitjestro).
- Karakteristik Tanaman Subtropis di Iklim Tropis. Stroberi (Fragaria x ananassa) secara alami adalah tanaman subtropis yang membutuhkan suhu optimal 17-20°C untuk pertumbuhan dan produksi buah yang baik. Di daerah tropis seperti Indonesia, budidaya secara tradisional terbatas pada dataran tinggi (1.000-2.000 mdpl) yang memiliki suhu lebih sejuk dan lembap yang menyerupai habitat aslinya.
- Tantangan Budidaya di Daerah Tropis termasuk Suhu Tinggi. Suhu yang terlalu panas di dataran rendah dapat menghambat pembentukan bunga dan buah, juga kelembapan Tinggi dan Curah Hujan, dimana meskipun membutuhkan air, kelembapan udara yang sangat tinggi (di atas 90%) dan curah hujan langsung yang berlebihan dapat memicu penyakit jamur dan busuk akar. Selain itu tanaman stroberi membutuhkan 8-10 jam sinar matahari per hari, yang umumnya tersedia di daerah tropis, tetapi perlu diatur agar tidak terlalu intens. Salah satu tantangan lain adalah iklim tropis yang lembap menjadi lingkungan ideal bagi hama seperti kutu daun dan tungau, serta patogen tanaman, sehingga membutuhkan manajemen hama dan penyakit.
Di tengah tantangan di atas, para petani dan peneliti telah mengembangkan inovasi dan solusi agar stroberi tetap tumbuh dan berkembang di iklim tropis dan dapat kita olah di dapur dan disajikan. Solusi untuk stroberi di iklim tropis adalah pengembangan varietas stroberi yang tahan panas dan cocok untuk dataran rendah, seperti ‘Mencir’, ‘California’, ‘Sweet Charlie’, dan ‘Albion’, telah membuka peluang budidaya di lokasi baru. Selain dibuat pemasangan naungan atau paranet berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya matahari dan melindungi tanaman dari curah hujan langsung, membantu menciptakan lingkungan mikro yang lebih terkontrol. Sistem hidroponik pun memungkinkan kontrol nutrisi dan kelembapan akar yang lebih baik, menjadikannya pilihan yang efektif untuk budidaya di dataran rendah. Yang penting juga adalah manajemen drainase, untuk mencegah genangan air dan penyakit.
Bagaimana? Tertarik mengembangkan stroberi sendiri dan mengolahnya di dapur?


Leave a comment